Sabtu, 07 Maret 2015

budidaya melinjo

 Budidaya Tanaman Melinjo
 

a. Perbanyakan tanaman
  • Melinjo bisa diperbanyak dengan cara generatif maupun dengan cara vegetatif. Namun biji melinjo sangat sulit dikecambahkan sehingga perbanyakan vegetatif banyak dilakukan. Cara perbanyakan vegetatif yang banyak dilakukan adalah mencangkok sambung, dan okulasi.

b. Persiapan lahan Tanaman Melinjo
  • Tanah dibersihkan dari rerumputan, dibajak, dicangkul dan batang serta kayu yang ada disekitarnya dikumpulkan.
  • Persiapan lahan dilakukan menjelang atau sebelum musim hujan.

c. Pembuatan lobang tanam Tanaman Melinjo
  • Lobang tanam disiapkan 3-4 minggu sebelum bibit ditanam. 
  • Lobang tanam digali dengan ukuran 60 x60 x 75 cm.  
  • Tanah bagian atas dipisahkan dengan tanah bagian bawah.

d. Pemberian pupuk dasar Tanaman Melinjo
  • Pupuk kandang dengan takaran + 10 kg setiap lubang tanaman.

e. Penanaman Tanaman Melinjo
  • Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. 
  • Bibit yang akan ditanam dilepas dari polibag.  
  • Tanah yang melekat pada akar dijaga jangan sampai terlepas agar perakaran bibit tidak rusak.  
  • Penanaman dilakukan sampai batas leher akar, diusahakan akar tunggang tetap lurus.  
  • Letak akar cabang diusahakan tersebar ke segala arah.  
  • Ujung yang patah atau rusak sebaiknya dipotong.  
  • Tanah di sekitar batang dipadatkan agar tidak ada rongga-rongga udara diantara akar dan tidak terjadi genangan air.  
  • Tanaman perlu diberi penyanggah dari bambu agar tetap tumbuh tegak.

f. Perawatan Tanaman Melinjo

i. Penyiraman Tanaman Melinjo
  • Jika tidak ada hujan, penyiraman dilakukan 2 kali sehari selama dua minggu setelah ditanam, selebihnya cukup sehari sekali. 
  • Setelah tanaman tumbuh, penyiraman tetap dilakukan dengan melihat kondisi kelembaban tanah.  
  • Setelah besar penyiraman tidak perlu dilakukan, sebab akar sudah cukup mendapatkan air meskipun tanah di permukaan kelihatan kering.  
  • Untuk menghindari kelebihan air selama musim hujan, dibuatkan saluran pembuangan air di sekitar tanaman.

ii. Pemberian pupuk lanjutan
  • Selain pupuk kandang, pupuk buatan juga perlu diberikan. 
  • Pemberian dilakukan 2 kali setahun. Menjelang musim hujan dan menjelang musim kemarau. Dosis disesuaikan dengan umur tanaman. 
  • Pemupukan dilakukan dengan cara membenamkan pupuk pada lubang yang digali sedalam 10-15 cm mengelilingi lingkaran daun terluar

iii. Penyiangan Tanaman Melinjo
  • Tujuannya untuk menghilangkan tanaman pengganggu (gulma), rerumputan liar dan tanaman merambat yang sering tumbuh di sekitar tanaman melinjo terutama ketika tanaman masih kecil (1-3 tahun). 
  • Penyiangan dapat dilakukan setiap saat.  
  • Saat penyiangan dilakukan pendangiran atau pengemburan tanah di sekeliling tanaman paling sedikit 2 kali setahun.
iv. Penyulaman Tanaman Melinjo
  • Bibit yang mati segera disulam, diganti dengan bibit baru.  
  • Penyulaman dilakukan sesegera mungkin agar pertumbuhan tanaman yang disulam tidak tertinggal.

v. Pemangkasan Tanaman Melinjo
  • Dilakukan agar tidak tumbuh terlalu tinggi, memudahkan dalam memungut hasil.
  • Mempermudah pengontrolan hama dan penyakit.  
  • Cabang akan semakin banyak sehingga bunga juga semakin banyak.  
  • Keseimbangan berat tanaman terjaga sehingga tanaman berasal dari cangkok atau stek yang perakarannya dangkal tidak mudah roboh.

vi. Pengendalian hama dan penyakit pada melinjo

Gejala dan serangan hama dan penyakit dapat dilihat pada tanaman yang diserang. Berdasarkan gejala yang tampak akan dapat diketahui jenis hama dan penyakit yang menyerang dan selanjutnya dapat ditentukan cara penanggulangannya. Gejala dari masing-masing jenis adalah sebagai berikut:
  • Permukaan daun bagian atas berbintik-bintik kuning. Gejala ini disebabkan oleh serangan kutu Leopindasaphes sp., Ischuapsis sp., dan Pseudocaspis sp. Yang mengisap cairan daun. Kutu-kutu ini diberantas dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif dimefoat, seperti Perfekthion 100 UCV. 
  • Permukaan atas daun yang berbintik merah kecoklatan atau putih. Gejala ini diakibatkan oleh serangan tungau merah (Tetranichidae). Hama ini dapat diberantas dengan menyemprotkan akarisida berbahan aktif dikofol seperti Kelthane MF atau yang berbahan aktif Femitration, seperti Agrothion.  
  • Daun layu berwarna kuning sampai kuning kemerah-merahan (merah tembaga) dan mudah rontok. Daun yang tumbuh berikutnya ukurannya menjadi lebih kecil dengan warna yang sama. Pembuluh kayu tanaman sakit tampak berwarna coklat. Penyakit ini dikenal dengan nama Layu Pembuluh Bakteri. Bakteri penyebab penyakit ini belum dapat diidentifikasi jenisnya. Penularannya melalui luka akibat alat pertanian, seperti alat pemotong. Untuk mencegah penularan lebih lanjut, alat-alat yang baru saja digunakan untuk memotong tanaman yang sakit dibersihkan. Penyakit ini belum dapat diberantas dengan pestisida. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memasukkan bagian tanaman yang sakit.  
  • Anak tulang daun berwarna coklat dan helai daun disekitarnya berwarna kuning. Pada serangan lebih lanjut, helai daun berubah menjadi coklat, kelabu dan akhirnya mati. Penyakit ini disebut penyakit “Hawar Daun Bakteri” yang disebabkan oleh bakteri Erwinia amylovora. Pengendaliannya dengan membuang bagian tanaman yang sakit.Penggunaan pestisida belum bisa mengendalikannya secara efektif.  
  • Daun bercak-bercak coklat dengan pola yang bervariasi. Bercak dapat meluas sampai ¾ bagian bagian yang bercak dapat menjadi kuning lalu mati, dengan warna putih kelabu seperti terbakar. Diantara bagian yang sehat dan mati terdapat bagian berwarna coklat tua. Penyakit ini dinamakan penyakit “Hawar Daun Cendawan” yang disebabkan oleh cendawan Gloesporium sp. Penyakit ini dapat diatasi dengan fungisida berbahan aktif Mankozet seperti Dithane M-45 WP, atau dapat juga diatasi dengan fungisida yang berbahan aktif Klorotalovil misal Dacovil 75 WP dengan cara disemprotkan. 
  • Daun bercorak bulat dengan warna coklat dikelilingi warna kuning permukaan bawah daun berwarna-warna coklat dan kelihatan lebih terang. Penyakit ini dikenal dengan nama penyakit “Antraluosa” yang disebabkan oleh Colletotrichum sp. Penyakit ini dapat ditanggulangi dengan fungisida berbahan aktif Karbendazim dan Mankozeb, seperti Delsene M X 200, atau dengan fungisida berbahan aktif Prokloraz misal Sportek 450 cc. 
Beberapa hama di atas umumnya tidak menimbulkan banyak kerusakan. Hanya Pseudolacaspis sp. yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman atau mengurangi hasil. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh populasi hama-hama itu masih dapat dikendalikan oleh musuh alaminya seperti kembang, Coccinelidae, berbagai jenis semut pemangsa (Formicidae) dan berbagai jenis laba-laba (Arachnida).
 
Sementara itu penyakit yang dianggap penting adalah penyakit “Layu Pembuluh Bakteri” penyakit ini dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman atau mungkin juga bisa mematikannya. Penyakit lain seperti Hawar Daun Bakteri dan Hawar Daun Cendawan perlu juga diperhatikan. Penyakit ini bisa mengurangi hasil secara tidak langsung.

Dalam kenyataan sehari-hari, hama dan penyakit di atas kurang mendapat perhatian yang serius dari petani. Hal ini mungkin disebabkan oleh serangan yang belum jelas atau merugikan. Pada suatu saat nanti mungkin serangan hama dan penyakit ini akan kelihatan jelas apabila melinjo telah diusahakan secara monokultur dalam areal yang luas.

g. Panen dan pasca panen Tanaman Melinjo

i. Panen Tanaman Melinjo
  • Hasil panen melinjo berupa buah, bunga dan daun. 
  • Buah melinjo dapat diolah menjadi tangkil, bahan baku “emping”. Buah melinjo untuk emping harus di panen apabila sudah cukup umur. Biji yang muda akan mengurangi mutu emping.  
  • Bunga dan daun yang dikenal dengan nama Kroto So yang umumnya dikonsumsi sebagai sayuran. Panen bunga dan daun muda dapat dilakukan kapan saja.  
  • Untuk mendapatkan buah yang baik dan banyak, bunga atau daun melinjo sebaiknya tidak di panen sebab akan menurunkan produksi buah.  
  • Pohon melinjo dapat dipanen setelah berumur 5 sampai 6 tahun.  
  • Masa buah melinjo terjadi 2 kali dalam setahun. Dikenal dengan panen besar (bulan Mei-Juli) dan panen kecil (bulan Oktober-Desember).

ii. Cara panen Tanaman Melinjo
  • Pemanenan dapat dilakukan dengan memanjat pohonnya, atau menggunakan galah atau tangga. Pemanenan sangat dianjurkan menggunakan tangga karena beresiko kecil. 
  • Panen dilakukan dengan memetik buah kemudian dikumpulkan dalam wadah (keranjang).  
  • Hasil pemetikan merupakan campuran melinjo tua dan melinjo muda.  
  • Sebagai tambahan dapat juga sekaligus dipanen bunga dan daun melinjo.

iii. Pasca panen Tanaman Melinjo
  • Langkah awal setelah panen adalah sortasi atau pemilihan buah. 
  • Buah melinjo tua dipisahkan dari yang muda demikian pula daun dan bunganya. Buah tua berwarna merah dan berbiji keras. Buah muda berwarna hijau dan biji lunak. 
  • Hasil panen melinjo dijual sebagai sayuran dan bahan baku pembuatan emping. 
 
Uraian berikut mengenai seluk beluk produk olahan melinjo yaitu emping, meliputi jenis-jenis kualitas, cara pembuatan, pengemasan dan penyimpanan.

Jenis-jenis emping
  • Emping yang dijual di pasaran ada bermacam-macam ukurannya yaitu: kecil, sedang dan besar. 
  • Emping ukuran kecil dikenal dengan nama ‘Emping Geprek’. Emping ini dibuat dari satu biji melinjo untuk satu buah emping.  
  • Emping ukuran sedang dibuat dari beberapa biji melinjo yang dipipihkan dan satukan.  
  • Emping ukuran paling besar dibuat dari dua puluh sampai tiga puluh biji melinjo yang dengan dipipihkan dan disatukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar